Membangun
Mahasiswa Fakultas Teknik Yang Lebih Baik
Fakultas Teknik berdiri sejak tahun
1999 di universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur dengan jurusan yang
pertamakali dibuka adalah D3 Teknik pertambangan, kemudian berkembang hingga
saat ini memiliki enam program studi, diantaranya adalah D3 Teknik
Pertambangan, S1 teknik Pertambangan, Teknik Industri, Teknik Sipil, Teknik
Linkungan, dan Teknik Kimia. Total mahasiswa aktif yang ada di Fakultas Teknik
adalah sekitar 1.200 mahasiswa yang terbagi kedalam enam jurusan tersebut.
Berdasarkan usianya ternyata Fakultas Teknik masih terbilang cukup muda yaitu
14 tahun, hingga diperlukan proses dan waktu untuk mencapai kesuksesannya.
Kondisi fakultas Teknik saat ini
seperti yang telah diketahui oleh seluruh mahasiswa bahwa masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi bersama diantaranya adalah
fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan akademik, fasilitas-fasilitas penunjang
kegiatan mahasiswa, tenaga pengajar (dosen), sistem informasi, dan masih banyak
lagi lainnya.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan
diataslah dibutuhkan kerja keras agar fakultas teknik dapat menjadi lebih baik,
mahasiswa pun harus turut serta dalam meningkatkan kemajuan fakultas teknik.
Dalam hal ini peran mahasiswa dapat berupa fungsi controling terhadapat pemangku kebijakan yang ada difakultas
teknik. Peranan mahasiswa tidak dapat tercapai apabila mahasiswa hanya berdiap
diri atau pasrah saja terhadap keaadaan fakultas teknik saat ini, oleh karena
itu dibutuhkan sebuah gerakan pencerdasan kepada seluruh mahasiswa Fakultas
teknik.
Salah satu solusi terbaik dalam
meningkatkan peranan mahasiswa dan membangun mahasiswa fakultas teknik yang
lebih baik adalah dengan mengembalikan peran dan fungsi mahasiswa sebagaimana
mestinya. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa hakikatnya mahasiswa
memiliki beberapa peran diantaranya adalah “Iron
Stock, Guardian of Value, dan Agen of
Change”.
1.
Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu
mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan
dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya.
Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa
depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat
mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke
golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia
kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang
bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan. Sejarah
telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi
seperti saat peralihan era orde baru menuju era reformasi, pemudalah yang
menjadi garda depan perubah kondisi bangsa. Lantas
sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut
? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai
pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa
untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi
sebelumnya. Dan mahasiswa
adalah merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan.
2.
Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti
mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang
pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang
selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal
tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga
tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
3.
Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of
Change adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Sekarang ini banyak
sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai
dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada
banyak rakyatnya. Artinya mahasiswa harus melakukan perubahan ketika melihat
bangsa ini sudah tidak berjalan sebagai mana mestinya seperti banyaknya
kasus-kasus korupsi yang terpidananya mendapatkan hukuman yang tidak sesuai
dengan kejahatan yang ia lakukan. Mahasiswa harus berani angkat bicara
terhadapa ketidak adilan yang ada disekitarnya, baik itu di Fakultas Teknik
ataupun Negara Indonesia, bahkan dunia.
Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa tidak semua mahasiswa menyukai yang namanya berorganisasi, apalagi yang
bersifat organisasi politik. Karena setiap manusia memiliki karakter yang
berbeda-beda dan keinginan yang berbeda-beda pula, oleh karena itu dibutuhkan
kerja keras agar mahasiswa dapat menyalurkan keinginannya dengan baik dan benar
dan harus tetap memiliki pemikiran yang intelektual. Oleh karenanya dibutuhkan
sinergisitas antara semua organisasi yang ada di Fakultas Teknik termasuk UKM
yang ada. Agar mahasiswa paling tidak
mampu menjadi Iron stock bagi
Himpunannya ataupun UKM nya. Dengan kata lain kita harus menghidupkan seoptimal
mungkin semua organisasi yang ada hingga terciptanya dinamika organisasi yang
berkesinambungan.
Proses kaderisasi juga menentukan
berkembang atau tidaknya mahasiswa yang ada di Fakultas Teknik. kaderisasi berawal dari kata "kader" yang memiliki
makna yaitu,"orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam
sebuah organisasi." Dengan demikian , kaderisasi adalah suatu proses dalam
membentuk kader-kader baru dalam sebuat organisasi tersebut. Selain itu, kaderisasi
juga menciptakan kader-kader yang mendukung sesuai dengan yang diinginkan,
bukan paksaan semata. Pola kaderisasi berawal
dari sebuah konsep. Konsep itu sendiri haruslah dibutuhkan pendidikan dan ilmu
pengetahuan, aktualisasi, serta kesejahteraan baik dari segi jasmani maupun
rohani. Dengan kebutuhan tersebut, konsep akan menciptakan sesuatu yakni sebuah
tugas dalam pembentukan insan akademis seperti yang dipelopori oleh Bung Hatta.
Dengan membentuk insan akademis, tentu juga akan membentuk sebuah pengembangan
diri, baik dalam soft skill maupun hard skill. Pengembangan diri ini juga untuk
menciptakan kemampuan dalam berpikir dan mengkritisi agar dapat menciptakan
masa depan yang ideal. Yang dimaksud dengan masa depan yang ideal adalah
pribadi seseorang yang akan datang setelah mengikuti sebuah kaderisasi sehingga
tercipta pribadi yang partisipatif, aspiratif, mandiri, beretika, dan non
hegemoni. Dalam kaderisasi, ada dua tokoh didalamnya, yakni orang yang dikader
dan orang yang mengkader. Orang yang dikader haruslah mengikuti semua hal yang
harus dipenuhi agar dapat menjadi insan kader dari organisasi tersebut. Memang
ada beberapa orang yang mungkin tidak ingin mengikuti proses kaderisasi tetapi
ingin menjadi seorang anggota baru tersebut. Apabila ada seorang kader yang
merasa sudah menjadi orang yang pantas tanpa perlu ada kaderisasi, sebenarnya
akan muncul asumsi dan pertanyaan yang sangat banyak. Asumsi inilah yang
menyebabkan orang tersebut akan bingung, apa yang akan dia lakukan setelah
menjadi seorang anggota tanpa dia tahu apa yang harus dilakukan. Disinilah
peran kaderisasi, selain membentuk kader, juga memberikan petunjuk dan arah
para orang yang dikader ini. Itulah tugasnya para pengkader. Mereka harus
memberikan kaderisasi yang beresensi sehingga menciptakan insan yang baik.
Pengkader harus tahu arah orang-orang yang dikader ini. Kaderisasipun tidak
semata-mata dalam bentuk event, akan
tetapi dalam keseharian kita dengan merekapun sebenarnya adalah proses
kaderisasi.
KRITIS, INOVATIF, SEMANGAT, SABAR (KISS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar