Jumat, 18 Januari 2019

Membangun Mahasiswa Fakultas Teknik Yang Lebih Baik


Membangun Mahasiswa Fakultas Teknik Yang Lebih Baik


Fakultas Teknik berdiri sejak tahun 1999 di universitas Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur dengan jurusan yang pertamakali dibuka adalah D3 Teknik pertambangan, kemudian berkembang hingga saat ini memiliki enam program studi, diantaranya adalah D3 Teknik Pertambangan, S1 teknik Pertambangan, Teknik Industri, Teknik Sipil, Teknik Linkungan, dan Teknik Kimia. Total mahasiswa aktif yang ada di Fakultas Teknik adalah sekitar 1.200 mahasiswa yang terbagi kedalam enam jurusan tersebut. Berdasarkan usianya ternyata Fakultas Teknik masih terbilang cukup muda yaitu 14 tahun, hingga diperlukan proses dan waktu untuk mencapai kesuksesannya.

Kondisi fakultas Teknik saat ini seperti yang telah diketahui oleh seluruh mahasiswa bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi bersama diantaranya adalah fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan akademik, fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan mahasiswa, tenaga pengajar (dosen), sistem informasi, dan masih banyak lagi lainnya.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan diataslah dibutuhkan kerja keras agar fakultas teknik dapat menjadi lebih baik, mahasiswa pun harus turut serta dalam meningkatkan kemajuan fakultas teknik. Dalam hal ini peran mahasiswa dapat berupa fungsi controling terhadapat pemangku kebijakan yang ada difakultas teknik. Peranan mahasiswa tidak dapat tercapai apabila mahasiswa hanya berdiap diri atau pasrah saja terhadap keaadaan fakultas teknik saat ini, oleh karena itu dibutuhkan sebuah gerakan pencerdasan kepada seluruh mahasiswa Fakultas teknik.

Salah satu solusi terbaik dalam meningkatkan peranan mahasiswa dan membangun mahasiswa fakultas teknik yang lebih baik adalah dengan mengembalikan peran dan fungsi mahasiswa sebagaimana mestinya. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa hakikatnya mahasiswa memiliki beberapa peran diantaranya adalah “Iron Stock, Guardian of Value, dan Agen of Change”.




1.        Mahasiswa Sebagai “Iron Stock
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan. Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi seperti saat peralihan era orde baru menuju era reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah kondisi bangsa. Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut ? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya. Dan mahasiswa adalah merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan.

2.        Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.

3.        Mahasiswa Sebagai “Agent of Change
Mahasiswa sebagai Agent of Change adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Sekarang ini banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Artinya mahasiswa harus melakukan perubahan ketika melihat bangsa ini sudah tidak berjalan sebagai mana mestinya seperti banyaknya kasus-kasus korupsi yang terpidananya mendapatkan hukuman yang tidak sesuai dengan kejahatan yang ia lakukan. Mahasiswa harus berani angkat bicara terhadapa ketidak adilan yang ada disekitarnya, baik itu di Fakultas Teknik ataupun Negara Indonesia, bahkan dunia.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tidak semua mahasiswa menyukai yang namanya berorganisasi, apalagi yang bersifat organisasi politik. Karena setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda dan keinginan yang berbeda-beda pula, oleh karena itu dibutuhkan kerja keras agar mahasiswa dapat menyalurkan keinginannya dengan baik dan benar dan harus tetap memiliki pemikiran yang intelektual. Oleh karenanya dibutuhkan sinergisitas antara semua organisasi yang ada di Fakultas Teknik termasuk UKM yang ada. Agar  mahasiswa paling tidak mampu menjadi Iron stock bagi Himpunannya ataupun UKM nya. Dengan kata lain kita harus menghidupkan seoptimal mungkin semua organisasi yang ada hingga terciptanya dinamika organisasi yang berkesinambungan.

Proses kaderisasi juga menentukan berkembang atau tidaknya mahasiswa yang ada di Fakultas Teknik. kaderisasi berawal dari kata "kader" yang memiliki makna yaitu,"orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam sebuah organisasi." Dengan demikian , kaderisasi adalah suatu proses dalam membentuk kader-kader baru dalam sebuat organisasi tersebut. Selain itu, kaderisasi juga menciptakan kader-kader yang mendukung sesuai dengan yang diinginkan, bukan paksaan semata. Pola kaderisasi berawal dari sebuah konsep. Konsep itu sendiri haruslah dibutuhkan pendidikan dan ilmu pengetahuan, aktualisasi, serta kesejahteraan baik dari segi jasmani maupun rohani. Dengan kebutuhan tersebut, konsep akan menciptakan sesuatu yakni sebuah tugas dalam pembentukan insan akademis seperti yang dipelopori oleh Bung Hatta. Dengan membentuk insan akademis, tentu juga akan membentuk sebuah pengembangan diri, baik dalam soft skill maupun hard skill. Pengembangan diri ini juga untuk menciptakan kemampuan dalam berpikir dan mengkritisi agar dapat menciptakan masa depan yang ideal. Yang dimaksud dengan masa depan yang ideal adalah pribadi seseorang yang akan datang setelah mengikuti sebuah kaderisasi sehingga tercipta pribadi yang partisipatif, aspiratif, mandiri, beretika, dan non hegemoni. Dalam kaderisasi, ada dua tokoh didalamnya, yakni orang yang dikader dan orang yang mengkader. Orang yang dikader haruslah mengikuti semua hal yang harus dipenuhi agar dapat menjadi insan kader dari organisasi tersebut. Memang ada beberapa orang yang mungkin tidak ingin mengikuti proses kaderisasi tetapi ingin menjadi seorang anggota baru tersebut. Apabila ada seorang kader yang merasa sudah menjadi orang yang pantas tanpa perlu ada kaderisasi, sebenarnya akan muncul asumsi dan pertanyaan yang sangat banyak. Asumsi inilah yang menyebabkan orang tersebut akan bingung, apa yang akan dia lakukan setelah menjadi seorang anggota tanpa dia tahu apa yang harus dilakukan. Disinilah peran kaderisasi, selain membentuk kader, juga memberikan petunjuk dan arah para orang yang dikader ini. Itulah tugasnya para pengkader. Mereka harus memberikan kaderisasi yang beresensi sehingga menciptakan insan yang baik. Pengkader harus tahu arah orang-orang yang dikader ini. Kaderisasipun tidak semata-mata dalam bentuk event, akan tetapi dalam keseharian kita dengan merekapun sebenarnya adalah proses kaderisasi.

 Samarinda, 2013

Rendi Purwadi

KRITIS, INOVATIF, SEMANGAT, SABAR (KISS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar